Masjid agung demak
Masjid Agung Demak dibangun oleh Wali Songo pada masa Kerajaan Demak
dipimpin Raden Fatah. Dia didirikan sebagai pusaka bagi seluruh raja di
Tanah Jawa. Kini masjid sudah berusia lima abad dan dilindungi
undang-undang sebagai cagar budaya.
Museum Masjid Agung Demak berdiri di samping Masjid. Koleksi museum terdiri dari beduk dan kentongan Wali abad ke-15, sepotong kayu dari sakatatal Sunan Kalijaga, kitab tafsir Al Qur’an Juz 15-30 tulisan tangan Sunan Bonang, Pintu Bledeg karya Ki Ageng Sela, gentong masa Dinasti Ming, maket masjid, foto-foto, dan lain-lain.
Museum Masjid Agung Demak berdiri di samping Masjid. Koleksi museum terdiri dari beduk dan kentongan Wali abad ke-15, sepotong kayu dari sakatatal Sunan Kalijaga, kitab tafsir Al Qur’an Juz 15-30 tulisan tangan Sunan Bonang, Pintu Bledeg karya Ki Ageng Sela, gentong masa Dinasti Ming, maket masjid, foto-foto, dan lain-lain.
Ruang penyimpanan sakaguru di depan museum terdapat
potongan-potongan sakaguru atau konstruksi utama yang sudah rusak.
Empat konstruksi yang dikenal adalah Sakaguru Sunan Ampel (Surabaya),
Sunan Bonang (Tuban), Sunan Gunung Jati (Cirebon), Sunan Kalijaga
(Demak).
Sakaguru Sunan Kalijaga memiliki nama khusus yaitu
sakatatal. Tatal adalah serpih-serpih kayu yang diketam. Memang
dijumpai kisah dalam Babad Jaka Tingkir tentang suatu hari
yang ditetapkan untuk membangun masjid. Sakaguru yang didelegasikan
kepada Sunan Kalijaga masih tidak terlihat batang hidungnya. Sunan
Kalijaga sendiri malahan asyik tirakatan di Pamantingan.
Sunan Bonang lalu memanggil dan menegurnya. Sunan
Kalijaga tak banyak berkata. Beliau mengumpulkan serpih kayu, sisa-sisa
sakaguru yang sudah jadi. Menyusunnya menjadi sebuah tiang kemudian
dengan kekuatan spiritual memampatkan seluruh serpih menjadi tiang.
Demikianlah mengalir kisah sakatatal yang jadi dalam waktu semalam.
Assalamualaikum Wr. Wb
BalasHapusMhn ijin mungkin perlu disebutkan sumber data asli, nama buku / judul buku, halaman yg dikutip, tahun terbit, penulis asli, penerbit dll.
Juga mengenai nama daerah mhn ditulis sesuai aslinya spt Kota Demak, Kota Trowulan, Kota Kertasana, Kota Kadiri dll serta jalan penghubung waktu itu jln perdikan atau sungai, sehingga bisa terkait dg sumber sejarah yg lain dan menjadi panutan yg bisa dipegang bukan cerita tanpa data buku kuno atau prasasti.
Terima kasih dan mhn koreksinya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.